detakkampar.co.id – Kasus yang mengejutkan terjadi di Semarang, Jawa Tengah, di mana seorang pria berusia 63 tahun, Nur Yanto, ditetapkan sebagai tersangka karena penganiayaan dan konsumsi daging kucing. Tindakan yang dilakukannya ini bukan hanya menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, tetapi juga mengungkap motivasi yang berada di balik perilaku ekstremnya.
” Baca Juga: Polisi Tunggu Rekomendasi MKDKI Kasus Ella Nanda “
Nur Yanto mengaku memakan daging kucing sebagai upaya mencari sumber protein hewani yang dianggapnya memiliki kadar gula rendah. Dalam konferensi pers yang digelar di Polrestabes Semarang, Nur Yanto menyatakan bahwa dirinya sadar akan tingginya harga daging sapi, sehingga memilih alternatif lain yang lebih murah. Menurut pengakuannya, setelah mengonsumsi daging kucing, kadar gula darahnya memang rendah, sesuai dengan tujuan awalnya untuk menjaga kondisi kesehatan, terutama terkait dengan diabetes yang dideritanya.
Awalnya, Nur Yanto mengungkapkan bahwa dia mendapat informasi tentang manfaat daging kucing dari kakaknya. Namun, setelah dimintai keterangan lebih lanjut, dia meluruskan bahwa keputusan untuk mengonsumsi daging kucing adalah inisiatifnya sendiri dan bukan karena saran dari orang lain. Dia juga menekankan bahwa sebenarnya tidak harus daging kucing yang dikonsumsinya, tetapi daging apa pun, asalkan bisa menjadi pengganti daging sapi yang menurutnya terlalu mahal.
Nur Yanto memaparkan cara yang dilakukannya untuk mendapatkan daging kucing. Dia menggunakan modus memukul kucing yang sedang tidur dengan gagang celurit hingga mati. Setelah itu, untuk mempermudah proses pengulitan, dia membakar tubuh kucing tersebut agar bulu-bulunya rontok. Setelah proses tersebut selesai, dia menguliti kucing itu dan merebus dagingnya dalam sebuah magic jar. Menurut pengakuannya, satu ekor kucing bisa mencukupi kebutuhannya selama tiga hari dengan sedikit nasi.
” Baca Juga: Golkar Usung Airin Sebagai Calon Gubernur Banten 2024 “
Nur Yanto yang hidup sebagai duda tampaknya menghadapi kesulitan ekonomi. Yang membuatnya memilih jalan yang sangat ekstrem untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pengakuannya bahwa dia membutuhkan daging dalam dietnya tetapi tidak mampu membeli daging sapi menggambarkan betapa beratnya kondisi yang dialaminya. Namun, tindakannya memakan kucing sebagai solusi alternatif ini jelas menimbulkan kontroversi dan membuatnya harus berurusan dengan hukum.
Kasus ini tidak hanya mengungkap keputusasaan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi juga mengangkat isu penting mengenai bagaimana kondisi ekonomi dapat mendorong individu. Untuk mengambil tindakan yang melanggar norma sosial dan hukum. Tindakan Nur Yanto yang menganiaya dan mengonsumsi kucing kini telah mengantarkannya pada proses hukum yang harus dihadapinya sebagai tersangka.