detakkampar.co.id – Eton College, salah satu sekolah asrama paling bergengsi di Inggris yang dikenal sebagai tempat pendidikan para politisi dan bangsawan Inggris, baru-baru ini menerapkan kebijakan baru yang kontroversial. Mulai September mendatang, siswa tingkat pertama yang berusia 13 tahun akan dilarang menggunakan smartphone. Sebagai gantinya, sekolah ini akan menyediakan ponsel fitur Nokia yang hanya bisa digunakan untuk SMS dan panggilan telepon. Kebijakan ini menimbulkan beragam reaksi di kalangan orang tua dan masyarakat.
” Baca Juga: Kompolnas Awards 2024: Meningkatkan Integritas Polri “
Eton College mengambil langkah signifikan dengan melarang penggunaan smartphone di kalangan siswa tingkat pertama. Siswa yang berusia 13 tahun, setara dengan tingkat SMP di Indonesia, diwajibkan memindahkan kartu SIM dari smartphone mereka ke ponsel fitur Nokia yang disediakan sekolah. Ponsel ini tidak memiliki akses internet dan hanya bisa digunakan untuk komunikasi dasar seperti SMS dan panggilan telepon. Saat kembali ke asrama, siswa harus meninggalkan smartphone mereka di rumah.
Sebelumnya, siswa di Eton College masih diperbolehkan menggunakan smartphone, tetapi hanya pada siang hari dan di luar jam sekolah. Ponsel pintar mereka kemudian disita oleh pihak sekolah pada malam hari. Juru bicara Eton College menyatakan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari upaya sekolah untuk menyeimbangkan manfaat dan tantangan penggunaan teknologi. “Eton College secara berkala menindaklanjuti kebijakan terkait penggunaan perangkat dan ponsel mobile untuk menyeimbangkan antara manfaat dan tantangan penggunaan teknologi bagi sekolah,” jelasnya.
Penerapan kebijakan ini di Eton College terjadi beberapa bulan setelah pemerintah Inggris mewacanakan pelarangan penjualan smartphone bagi anak-anak di bawah usia 16 tahun. Tujuan dari wacana ini adalah untuk mengurangi gangguan dalam perkembangan anak, terutama di lingkungan sekolah. Kebijakan tersebut menuai pro dan kontra di kalangan orang tua dan wali murid di Inggris. Survei yang dilakukan oleh firma riset Parentkind pada bulan Maret lalu menunjukkan bahwa 58 persen dari 2.496 responden, yang terdiri dari orang tua anak usia sekolah, mendukung rencana pelarangan smartphone untuk anak di bawah 16 tahun. Empat dari lima orang tua percaya bahwa smartphone bisa “berbahaya” bagi anak-anak.
Survei lain yang dilakukan oleh More in Common juga menemukan bahwa 64 persen responden setuju dengan pelarangan smartphone bagi anak-anak di bawah usia 16 tahun. Meskipun begitu, ada juga kelompok yang menentang rencana tersebut, menganggap bahwa pemerintah tidak perlu mengatur secara mikro pengasuhan anak dengan melarang penggunaan smartphone. Mereka berpendapat bahwa orang tua seharusnya lebih waspada dan mengawasi penggunaan gadget anak-anak mereka.
” Baca Juga: Apple Watch Masih Berfungsi Setelah 1,5 Tahun Di Laut “
Eton College memiliki reputasi sebagai salah satu sekolah asrama paling eksklusif di Inggris. Sekolah ini telah mendidik banyak tokoh terkenal, termasuk politisi, penulis, dan anggota keluarga kerajaan. Mantan Perdana Menteri Inggris seperti David Cameron dan Boris Johnson adalah alumni Eton College. Penulis terkenal seperti Henry Fielding dan George Orwell juga mengenyam pendidikan di sana. Selain itu, beberapa aktor terkenal seperti Dominic West, Damian Lewis, Tom Hiddleston, dan Eddie Redmayne juga merupakan alumni Eton College. Bahkan, Eddie Redmayne adalah junior dari Pangeran William di sekolah ini, yang juga diikuti oleh adiknya, Pangeran Harry.
Kebijakan baru Eton College yang melarang penggunaan smartphone dan menggantinya dengan ponsel fitur Nokia telah memicu berbagai tanggapan di kalangan orang tua dan masyarakat. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi dampak negatif teknologi pada perkembangan anak. Meskipun ada dukungan signifikan untuk kebijakan ini, ada juga perdebatan mengenai peran pemerintah dalam mengatur penggunaan teknologi di kalangan anak-anak. Eton College, dengan sejarah panjangnya dalam mendidik tokoh-tokoh penting, terus menjadi sorotan dalam menerapkan kebijakan pendidikan yang inovatif dan kontroversial.